Pelukan Hangat Irjen Ferdy Sambo Dengan Irjen Fadil Imran Dianggap Biasa Saja Kata Denny Siregar: Kompolnas Gak Pernah Punya Teman Ya?

JAKARTA – Aktivis media sosial Danny Siregar juga mengomentari pertemuan antara mantan Inspektur Kepala Departemen Propam Ferdi Sambo dan Inspektur Kapolda Metro Jaya Muhammad Fadil Imran beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Danny Siregar mengatakan pelukan hangat dari Inspektur Kepala Ferdi Sambo dan Kapolda Metro Jaya Muhammad Fadil Imran itu seperti pelukan ramah.

Saat Inspektur Kepala Sambo Jaya Kapolda memeluk Muhammad Fadil Imran dari kereta bawah tanah. (ini)

Dalam tweet di Twitter, Danny Siregar mengatakan pelukan antara Irjen Ferdi Sambo dan Komisaris Polisi Metropolitan Jaya Muhammad Fadil Imran bukanlah sesuatu yang istimewa.

Bahkan, Danny Siregar mengolok-olok Compolnus dalam sebuah tweet di Twitter.

“Aneh, bagaimana seorang teman tidak bisa secara moral mendukung seorang teman, bahkan saya, ketika seorang teman memiliki masalah, itu sudah pasti. Masalah hukum itu berbeda, itulah gunanya teman.

Jadi jika terbuka, itu menyebabkan masalah.

Insiden berpelukan antara Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dan Inspektur Kepala Ferdi Sambo telah menjadi topik hangat perdebatan publik di tengah penyelidikan kematian Brigjen J.

Menurut Benny Mamoto, kepala surat kabar Compolnus, insiden yang dianggap biasa itu menjadi masalah setelah diketahui.

“Ya, itu adalah persahabatan, itu adalah persahabatan antara kalian berdua. (Ada yang salah)”, kata Benny Mamoto, Direktur Koran Compolnas, di depan gedung Mabes Polri, Rabu (20.7.202).

Namun masalahnya, kata Benny, kapan momen itu akan terungkap ke publik.

"Tapi eksposur menjadi masalah," tambah Benny.

Pemulihan polisi di kereta bawah tanah Kepala Polisi dan Inspektur Jenderal Sambo berpelukan

Kapolri menegaskan, proses penyidikan jangan disamakan dengan pelukan, meski kasusnya sedang ditangani Polda Metro Jaya.

“Insiden antara Capolda dan Ferdi Sambo bersifat pribadi, hanya rasa simpati. Namun proses investigasi tidak dapat dimanipulasi, proses investigasi tetap profesional, transparan dan dapat dimengerti. Jadi dia tidak terpengaruh dengan kejadian seperti ini,” jelas sang leader. Informasi ini disampaikan Irjen Polri Dedi Prosetion kepada wartawan.

Dede mengatakan penyidik ​​harus memiliki kode etik profesi yang dipatuhi agar penyidik ​​bisa dituntut jika menangani kasus secara profesional.

“Peneliti ini memiliki kode etik yang harus dihormati. Ini juga berlaku untuk pertanyaan tentang iman. Sekarang kejadian antara Capolda dan Ferdi Sambo bersifat pribadi, hanya masalah simpati saja," kata Inspektur Kepala Polres Dedi Alla, Jakarta Selatan, Selasa (19/7/2022).

Dimana kasusnya?

Pengacara keluarga Brigadir Jay Kamruddin Simanjuntak mengungkapkan bukti terbaru yang ditemukan dalam kasus dugaan pembunuhan berencana yang dipendam oleh mantan Kepala Propam Inspektur Ferdi Sambo.

Menurut Kamruddin, pihaknya mengaku menemukan paku asisten istri Ferdi Sambo, Brigadir J, yang dicopot karena ada bekas sayatan.

Dia percaya bahwa Brigadir J. Kejahatan itu dilakukan sebelum kematiannya.

“Mereka telah mencopot kukunya (Brigjen J). Yah, kami pikir dia masih hidup saat dirilis. Jadi ada penyiksaan,” kata Kamaruddin Simanjuntak kepada Bareskrim Polri di Jakarta Selatan, Kamis (21 Juli 2022).

Kamruddin Simanjuntak, Brigadir Jenderal J. (adalah) pengacara keluarga

Kamruddin menduga bahwa seorang psikopat menyebabkan kecelakaan karena penyiksaan.

"Nak, saya sangat yakin ini adalah pekerjaan atau siksaan psikiater," tambahnya.

Menurut dia, barang bukti pencopotan kuku itu adalah penemuan keluarga Brigadir Jay. Setibanya di Zambi, keluarga memotret jasad Brig Jay.

Selain itu, kata Kamaruddin, pihak keluarga menggeledah jasad Brigjen J setelah meminta polisi memberinya formalin.

“Ini adalah penemuan kami. Saat mereka (polisi) melihat tubuh, wanita pemberani meminta polisi untuk menambahkan formalitas. Polisi kemudian keluar dari peti mati dan dengan cepat menanggalkan pakaian untuk menggeledah tubuh," jelasnya.

Inspektur Kepala Ferdi Sambo dan Brigadir J.

Namun, para wanita tidak berani telanjang tubuh mereka untuk waktu yang lama. Karena keluarga takut ditangkap polisi.

Kamruddin mengatakan, para wanita itu segera mengirimkan video tersebut ke Brigadir J. sebelum diinterogasi polisi.

"Mereka dengan cepat melepas baju mereka dan menariknya ke celana mereka, tetapi tidak ada waktu untuk memotret alat kelamin dan memfilmkan sampai ke kaki, jadi mereka dengan cepat mengirimkannya kepada saya untuk izin," katanya.

Brigadir J

Pengacara Kamruddin Simanjuntak mengatakan saksi mengambil gambar tubuh Brigadir J untuk mendukung bukti dugaan penyiksaan dalam upaya pembunuhan.

Menurutnya, para saksi adalah perempuan pemberani dari Zambezi yang akan bersaksi dalam kasus tersebut.

"Wanita-wanita pemberani ini ada di Jambi, saksi kami. Ketika polisi menghentikan mereka, mereka menyusun strategi untuk menggeledah tubuh Brigjen J," kata Kamaruddin Simanjuntak kepada Bareskrim Polri di Jakarta Selatan, Kamis. (7/21). / 2022).

Kamruddin menjelaskan, wanita itu sangat tertarik untuk memahami situasi aneh itu. brigadir jenderal j

brigadir jenderal j

Menurut dia, perempuan yang namanya dirahasiakan ini adalah seorang guru yang baru saja naik pangkat menjadi PNS.

Dia meminta rumah sakit setempat untuk menambahkan formalin. Ada kalanya polisi tidak mengawal jenazah Brigjen Jay untuk mengambil foto. Sangat khawatir, tetapi saya pikir itu hebat karena meskipun ibu hanyalah seorang wanita tua tersayang. Seorang guru yang seharusnya menjadi PNS itu pemberani,” jelasnya.

Selain itu, kata Kamaruddin, perempuan pemberani Brigadir J.