Kakak Beradik Hobi Koleksi Artefak Yang Diklaim Dari Batu Meteorid Radar Solo

Sumsel Nian Kapolri Hingga Ahok Kirim Karangan Bunga Ke Rumah Duka Anton Medan

RADARSOLO.ID – Hobi setiap orang berbeda-beda. Saudara-saudara Wonogiri dari kabupaten Tirtomoyo tertarik untuk mengumpulkan artefak yang diyakini terbuat dari meteorit.

Ewan Adi Luhung, Wonogiri, Radar Solo

Matahari sangat terik ketika Jawa Pos Radar Solo mengunjungi Tirtomoyo kemarin sore. Tujuannya adalah café atau kafe yang tidak jauh dari kantor kecamatan Tirtomoyo.

Warung ini berlokasi di Desa Sembung, RT 01 RW 12, Kecamatan Tirtomoyo/Kabupaten. Namun, kafetaria masih tutup sore itu. Bar siap melayani tamu dari siang hingga malam.

Ada beberapa bangku dan meja di area ini. Tapi itu bukan panggilan perhatian atau daftar item menu. Namun, ada banyak item bersenjata.

“Semua bahan baku ini adalah artefak yang dipenuhi meteorit,” kata Agus Jaoto, pemilik benda-benda tersebut.

Agus bukan satu-satunya yang mengoleksi barang-barang tersebut. Ia mengumpulkan harta warisannya dengan adiknya, Eli Purnomo. Sayangnya, Eli tidak ada di rumah saat koran ini terbit.

Menurut Agus, artefak yang ia dan Eli kumpulkan adalah buatan nenek moyang Indonesia. Padahal, menurutnya usia artefak itu sudah sangat tua. Sayangnya, benda-benda ini belum diuji untuk penanggalan karbon, sehingga usianya tidak diketahui.

Yang jelas ada banyak hal yang dia sebut artefak. Bentuknya seperti alat. Seperti pedang, gada seperti perisai dan vajra. Bentuk segitiga juga terlihat di bar.

Ukurannya relatif besar. Hal ini tentu sulit. Agus juga mempersilahkan wartawan untuk memindahkan artefak tersebut. Saya sangat bersemangat untuk mencoba dan mencari tahu beberapa hal, termasuk reporter ini. Dan itu menjadi lebih sulit.

"Yang besar panjangnya sekitar dua meter," kata Agus sambil menunjuk benda berbentuk pedang itu.

Dia mengaku sudah lama tertarik dengan artefak. Namun, ia telah mengoleksinya sejak 2015. Bahkan selama pandemi Covid-19, ia telah menemukan barang-barang tersebut berulang kali.

Menurut Agew, ada komunitas yang dia ikuti. Ada juga kolektor dan pemburu artefak di komunitas ini. Saya menerima item dari tim peneliti.

Saat ditanya tentang nilai artefak yang dibelinya, Agus menolak menjelaskan. Sebab, menurut dia, artefak tidak memiliki nilai baku. Ia tak mau menyebut koleksi mana yang paling mahal. Jelas, itu memiliki banyak warisan.

"Mungkin ada ratusan artefak, Pak. Kebanyakan dari Jawa Timur," kata Agus.

Bagaimana cara merawat benda-benda tersebut? Agus mengatakan tidak ada perlakuan khusus. Artefak dibersihkan dan Minyak Keris juga diberikan. Beberapa artefak berubah menjadi putih keperakan setelah dibersihkan dari kotoran. Satu sisi berwarna putih perak dan sisi lainnya berwarna hitam pekat. Warna coklat juga ada.

Menurut Agus, ada perbedaan artefak meteorit lama dan baru. Item yang lebih tua akan memiliki penampilan berserat karena cuaca atau faktor lainnya. Juga, benda-benda yang dibuat dengan meteorit dianggap berat.

Agus juga menyukai fakta bahwa benda-benda itu dibuat oleh nenek moyangnya yang berasal dari Indonesia. Inilah yang ingin saya sampaikan kepada orang-orang. Nenek moyang bangsa Indonesia memiliki pengetahuan yang luar biasa mampu membuat artefak yang mirip dengan senjata meteorit.

Melalui kopi ini, dia memaknai bahwa nenek moyang Indonesianya sangat cerdas. Nenek moyang tanah air menyiapkan kemenangan. Ia juga meyakini bahwa ajaran nenek moyang Indonesia memiliki keutamaan dalam kehidupan.

“Saya buka kafe ini, kalau ada yang tertarik, saya jelaskan artifaknya di sini,” ujarnya. (* / Sanggul)

error: Content is protected !!