Hobi Adalah Hak

Salah satu hak keluarga adalah memperbaiki diri, meningkatkan kualitas masing-masing pasangan. Padahal, konsep keluarga seharusnya dari saya untuk kita, dari saya untuk kita, dan dari saya untuk kita. Tapi kalau soal hobi, apakah hobi saya menjadi hobi kita?

Masih aman bagi pasangan yang memiliki kesamaan hobi karena tidak terlalu membutuhkan waktu dan tenaga ekstra saat pernikahan mendukung proses penguatan dan pengesahan hobi yang masih penting.

Masalahnya ketika suami istri memiliki hobi yang berbeda dan sulit untuk berkompromi, maka terciptalah “perasaan ewuh pakewuh” (semuanya salah), seperti dalam lirik lagu Kuikuti Ku Mati Emak Tak Diikuti Ku. Mati Bapak simalakama, sedang terjadi perang dingin di rumah, beliau bersikeras untuk melanjutkan hobinya ketika keduanya saling memperkosa, sedangkan sang istri memaksa suaminya untuk melepaskan hobinya.

MASUKKAN ISTRINYA

Suami istri adalah pasangan seperti tangan kanan dan kiri, jika tangan kanan mengayun dan tangan kiri mantap dan tidak mau berayun sama sekali, itulah bedanya. Tangan kanan terlalu berat untuk terus mengayun. Begitu pula dengan hobi suami yang tidak diterima oleh istri.

Masalahnya tidak hanya memuaskan hobi dengan bertindak kasar atau menuangkan air, sulit untuk mencapai puncak kepuasan dari yang diterapkan. Tidak ada bumbu penghangat, pemanis, hambar, kotor karena pesona gumbu seperti tepukan.

Mari kita bicara sebentar, suami suka bermain sepak bola (sepak bola), dan istri tidak menyukai hobi suaminya karena bahaya, bukan karena dia tidak setuju. Jadi, bunga kebahagiaan muncul ketika suami menikmati hobinya. Di rumah, seorang istri memikirkan keselamatan suaminya.

Tentu saja sikap istri, seperti dalam cerita di atas, adalah bentuk cinta, kasih sayang kepada suaminya, tidak ingin dia mengambil risiko menyakiti dirinya sendiri dan akhirnya menderita kesakitan, dan hari-harinya penuh dengan kesedihan untuk istrinya. jaga suaminya semoga cepat sembuh.

Tidak perlu saling menyukai dan tinggal di rumah romantis sebelum menikah, dan kemudian menoleransi kesewenang-wenangan sepihak (suami). Untuk melakukan ini, satukan istri, jika memungkinkan, ajak dia untuk menikmati hobi suami, selesaikan situasi yang tidak disukai istri atau mengganggu istri, jika suami melanjutkan hobinya. Kalau tidak bisa, lakukan hobi, turunkan nadanya dan beritahu istri, apakah suami masih butuh restu istri?….. ya tergantung satu sama lain, yang penting jangan merasa. setiap orang. dipermalukan dan dikalahkan.

JANGAN PILIH MUDAH

lihat hobi lainnya

Tulis komen